Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Al-Wahabiyyah 2
Bahrul Ulum Tambakberas Jombang
Oleh: Roikhan Arif Pambudi
Dulu, pusat pendidikan Islam adalah Masjid,
Langgar dan rumah sang guru. Dimana
murid-murid duduk di lantai (bawah), menghadap sang guru, untuk belajar mengaji
dan ilmu islam lainnya. Waktu mengajar
sang guru biasanya disampaikan pada malam hari, biar tidak mengganggu pekerjaan
(murid-guru) sehari-hari. Tempat-tempat
pendidikan Islam nonformal seperti inilah yang menjadi embrio terbentuknya
sistem pendidikan pondok pesantren. Ini
berarti bahwa sistem pendidikan pada pondok pesantren hampir sama seperti
sistem pendidikan islam pada masa dulu. Hanya
saja, pondok pesantren lebih intensif dan juga dalam waktu yang lebih lama.
Pondok pesantren sendiri, merupakan
salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional, dan juga
lembaga untuk mendalami ilmu agama Islam serta mengamalkannya. Pondok pesantren telah hidup sejak ratusan
tahun yang lalu, dan telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat
muslim. Pondok pesantren juga telah
diakui sebagai lembaga pendidikan yang ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ketika masa kolonialisme berlangsung
misalnya, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan (agama islam) yang
sangat berjasa bagi masyarakat dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit dari pemimpin bangsa waktu itu,
yang ikut memproklamirkan kemerdekaan yakni berasal dari pondok pesantren. Misal: Hasyim Asy’ari, Wahab Hasbulloh, Bisri
Syamsuri dan masih banyak lagi tokoh-tokoh pesantren lainnya yang berjuang
untuk bangsa dan negara.
Kembali lagi ke pembahasan. Sistem pembelajaran di pondok pesantren, wa
bil khusus di pondok pesantren Al-Wahabiyyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas
Jombang. Yaitu mengacu kepada ilmu-ilmu
keislaman yang memang menjadi prioritas utama. Antara lain tampak dari kurikulum yang berlaku.
Tarulah contoh, kitab kuning yang berisi
tentang keilmuan Islam dari berbagai
aspek dan kondisi.
Sedangkan sistem pendidikan Pondok Pesantren
(PonPest) Al-Wahabiyyah 2 sendiri, memiliki dua sistem pengajaran yang familiar.
Yaitu sistem sorogan: yang sering
disebut sistem individual. Dan sistem bandongan
atau wetonan: yang sering disebut dengan sistem kolektif. Dengan sistem sorogan tersebut, setiap murid
mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau pengasuh. Contoh: Sistem ini biasanya di aplikasikan
kepada santri-santri yang telah menguasai bacaan Al-QurĂ¡n (hafidz/hafidzoh). Dan dalam kenyataan sistem ini merupakan bagian
yang paling sulit, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan
disiplin pribadi dari santri. Sedangkan
sistem bandongan atau wetonan yakni seorang guru membacakan
materi yang dipelajari dan santri mendengarkan serta menulis keterangan dari
sang guru.
Namun, seiring dengan berkembangnya sains
dan teknologi, itu berpengaruh kepada sistem pendidikan maupun
sarana-prasarana yang dipakai oleh PonPest Al-Wahabiyyah 2. Disaat seperti itu, reputasi PonPest
Al-Wahabiyyah 2 tampaknya dipertanyakan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Sebagian pondok pesantren masa kini terkesan “ndeso”
jauh dari realitas sosial, bahkan ada beberapa oknum mengungkapkan bahwa pondok
pesantren adalah sarang teroris. Problem
sosialisasi dan aktualisasi ini ditambah lagi dengan problem keilmuan, yaitu
terjadi kesenjangan, keterasingan dan pembedaan antara keilmuan pesantren
dengan dunia modern. Begitu juga dengan
tertutupnya PonPest Al-Wahabiyyah 2 terhadap perkembangan sains dan teknologi.
Sehingga terkadang lulusan PonPest
Al-Wahabiyyah 2 kalah bersaing atau tidak siap berkompetisi dengan lulusan dari
umum (non pesantren) dalam urusan profesionalisme di dunia kerja.
Sekarang PonPest Al-Wahabiyyah 2
dihadapkan kepada masalah-masalah globalisasi, yang dapat dipastikan mengandung
beban tanggung jawab yang tidak ringan bagi PonPest Al-Wahabiyyah 2 itu sendiri.
Dan juga semakin kita sadari, tantangan
dunia pesantren semakin besar dan berat dimasa kini dan mendatang. Statement “mempertahankan warisan
lama yang masih relevan dan mengambil hal terbaru yang lebih baik” perlu
direnungkan kembali oleh Insan PonPest Al-Wahabiyyah 2.
PonPest Al-Wahabiyyah 2 harus mampu
mencari solusi secara cerdas. Untuk
menyelesaikan problem kekinian kita dengan pendekatan-pendekatan kontemporer
ataupun modern. Disisi lain, perkembangan
sains dan teknologi menuntut insan PonPest Al-Wahabiyyah 2 untuk
segera melakukan modernisasi sistem pendidikan pesantren dan
sarana-prasarananya.
Dalam kondisi yang dilematis ini,
pilihan yang mungkin bisa diambil bagi insan PonPest Al-Wahabiyyah 2 adalah mendialogkannya
dengan paradigma dan pandangan dunia yang telah diwariskan oleh generasi
pencerahan Islam. Maksudnya, insan
PonPest Al-Wahabiyyah 2 perlu memposisikan warisan masa lalu sebagai “teman dialog”
bagi modernitas dengan segala produk yang ditawarkannya. Mereka harus membaca khazanah lama dan baru
dalam bingkai yang terpisah. Masa
lalu hadir atau dihadirkan dengan terang dan jujur, lalu dihadapkan dengan
kekinian (modern). Boleh jadi masa lalu
tersebut akan tampak “basi” dan tak lagi relevan, namun tak menutup kemungkinan
masih ada potensi yang dapat dikembangkan untuk zaman sekarang.
Beberapa hal yang perlu dimodifikasi
dalam sistem pendidikan PonPest Al-Wahabiyyah 2. Yaitu sorogan, dan bandongan (wetonan). Dan mulai diseimbangkan dengan sistem
pembelajaran modern. Dalam aspek kurikulum
juga seharusnya insan PonPest berani mengakomodasi dari kurikulum pemerintah
(modern).
Dengan alasan, bahwasannya dalam
pelaksanaan pembelajaran PonPest Al-Wahabiyyah 2 bisa dikatakan ketinggalan
karena hanya mendominasi pelajaran-pelajaran tradisional yang monoton dan
kadang kurang sesuai dengan kondisi realita yang ada pada lingkungan dan
perubahan sistem zaman pada masa kini.
Sedangkan modernisasi atau inovasi
pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai upaya untuk memecahkan masalah sistem
pendidikan PonPest Al-Wahabiyyah 2. Atau dengan kata lain, inovasi pendidikan
pesantren adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai
hal yang baru bagi seseorang ataupun sekelompok orang. Yang digunakan untuk mencapai tujuan dan
memecahkan masalah dalam sistem pendidikan PonPest Al-Wahabiyyah 2 khususnya.
Pertama bidang Personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem
sosial, tentu menentukan personil sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personil
misalnya adalah peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, dan sebagainya.
Dalam hal ini, pondok pesantren telah di
bantu dengan adanya program Beasiswa S1 untuk guru diniyah oleh Kementrian
Agama.
Kedua yakni masalah tentang fasilitas
Fisik. Inovasi pendidikan yang sesuai
dengan komponen ini misalnya perubahan tempat duduk, perubahan pengaturan
dinding ruangan perlengkapan Laboratorium bahasa, laboratorium Komputer,
laboratorium sains dan lain sebagainya.
Sedangkan yang ketiga tentang pengaturan
Waktu. Suatu sistem pendidikan tentu
memiliki perencanan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini
misalnya pengaturan waktu belajar, perubahan jadwal pelajaran yang dapat memberi
kesempatan santri untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan lain
sebagainya.
Begitu juga kurikulum pesantren yang biasanya
mengalami penyempitan orientasi kurikulum. Maksudnya, dalam pesantren terlihat materinya
hanya khusus yang disajikan dalam bahasa Arab. Mata pelajarannya meliputi fiqh, aqa’id,
nahwu sharf, dan lain-lain. Sedangkan tasawuf dan semangat keagamaan yang
merupakan inti dari kurikulum keagamaan cenderung terabaikan. Tasawuf hanya dipelajari sekilas saja, tidak
secara sungguh-sungguh. Padahal justru
inilah yang lebih berfungsi dalam masyarakat zaman modern. Disisi lain, pengetahuan umum nampaknya masih
dilaksanakan secara setengah-setengah. Sehingga
kemampuan santri biasanya sangat terbatas dan kurang mendapat pengakuan dari
masyarakat umum.
Dalam menanggapi gagasan ini, tampak
kalangan pesantren terbelah menjadi dua, yaitu pro dan kontra. Adanya kontroversi ini mungkin lebih
disebabkan pada perbedaan pendapat mereka tentang bagaimana sikap pesantren
dalam menghadapi era globalisasi. Mereka
yang pro mengatakan bahwa modernisasi pesantren akan memberi angin segar
bagi PonPest Al-Wahabiyyah 2. Mereka
menganggap bahwa banyak sisi positif yang akan diperoleh dengan modernisasi
pendidikan di PonPest Al-Wahabiyyah 2. Di antara sisi positif tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Sebagai bentuk adaptasi
pesantren terhadap perkembangan era globalisasi. Hal ini mutlak harus dilakukan
agar pesantren tetap eksis dan mampu bersaing.
2.
Sebagai upaya untuk
memperbaiki kelemahan dalam sistem pendidikan PonPest Al-Wahabiyyah 2.
Sedangkan bagi kalangan pesantren yang
tidak setuju (kontra) dengan gagasan modernisasi berpendapat bahwa
gagasan tersebut banyak sisi negatifnya, diantaranya adalah:
1.
Modernitas akan merubah
cara pandang lama terhadap dunia dan manusia.
2.
Modernisasi sistem
pendidikan tradisional dikhawatirkan akan ikut merubah kultur-kultur positif
yang telah lama terbentuk di PonPest Al-Wahabiyyah 2.
Terlepas dari polemik tersebut,
perbedaan pendapat yang terjadi telah mendatangkan sisi positif tersendiri bagi
pesantren. Hal itu telah membuktikan
hadits Nabi Muhammad Saw ”ikhtilafu ummati rahmatun” yang artinya
”perbedaan pendapat dalam umatku adalah rahmat”. Diantara manfaat dari perbedaan pendapat dalam
masalah ini adalah:
1.
Melahirkan banyak
pesantren yang bervariasi. Banyak pesantren yang memiliki ciri khas
masing-masing. Ini memberikan banyak pilihan kepada calon santri dan orang
tuanya dalam menentukan pesantren yang sesuai dengan bakat, minat serta
cita-cita.
2.
Lahirnya santri yang
beraneka ragam. Hal ini mengubur paradigma bahwa santri hanya mampu di bidang
agama saja. Kedepan, akan muncul santri-santri
yang ahli di bidang pengetahuan umum.
Terakhir, perbedaan pendapat adalah hal
yang biasa dalam menyikapi suatu gagasan. Tinggal kita pandai-pandai memilah dan
memilih, mana yang baik dan juga sesuai dengan kondisi kita saat ini.
Malang,
01 Oktober 2012
Ma’had
MSAA (00.15 WIB)