IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama)
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (disingkat IPNU) adalah badan
otonom Nahldlatul Ulama’ yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada
segmen pelajar dan santri putra. IPNU didirikan di Semarang pada tanggal 20
Jumadil Akhir 1373 H/ 24 Pebruari 1954, yaitu pada Konbes LP Ma’arif NU.
Pendiri IPNU adalah M. Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa (Solo), dan
Abdul Ghony Farida (Semarang). Ketua Umum Pertama IPNU adalah M. Tholhah Mansoer
yang terpilih dalam Konferensi Segi Lima yang diselenggarakan di Solo pada 30
April-1 Mei 1954 dengan melibatkan perwakilan dari Yogyakarta, Semarang, Solo,
Jombang, dan Kediri. Pada tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde
Baru, IPNU mengubah kepanjangannya menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama.
Sejak
saat itu, segmen garapan IPNU meluas pada komunitas remaja pada umumnya. Pada
Kongres XIV di Surabaya pada tahun 2003, IPNU kembali mengubah kepanjangannya
menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama”. Sejak saat itu babak baru IPNU
dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertekad mengembalikan basisnya disekolah
dan pesantren. Visi IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada
Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta
bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham
ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Untuk mewujudkan visi tersebut, IPNU melaksanakan misi: (1) Menghimpun
dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah organisasi; (2)
Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa; (3)
Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program
perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah al-ammah), guna
terwujudnya khaira ummah; (4) Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama
program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi.
Sebagai salah satu
perangkat organisasi NU, IPNU menekankan aktivitasnya pada program kaderisasi,
baik pengkaderan formal, informal, maupun non-formal. Di sisi lain, sebagai
organisasi pelajar, program IPNU diorientasikan pada pengembangan kapasitas
pelajar dan santri, advokasi, penerbitan, dan pengorganisasian pelajar. Kini
IPNU telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah di tingat provinsi dan 374 Pimpinan
Cabang ditingkat kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2008, anggota IPNU telah
mencapai lebih dari 2 juta pelajar-santri yang telah tersebar di seluruh
Indonesia. Disini IPPNU tidak akan lepas dari sejarah IPNU, karena merupakan
satu wadah yang sama untuk para pelajar dengan latar belakang NU. Sehingga
lahirnya IPPNU pun juga karena para pelajar putri yang tergabung dalam IPNU
ingin mempunyai wadah sendiri, yang tidak menjadi satu dengan para pelajar
putra. Ini bisa dimaklumi, karena pada saat itu sudah mulai muncul konflik
gender yang imbasnya juga sampai pada negara kita. Maka para pelajar putri
ingin mendapatkan“keistimewaan” yang lebih.
Lahirnya IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama)
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akan diadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang dinamakan IPNU putri. Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang danKediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi).
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akan diadakan di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang dinamakan IPNU putri. Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang danKediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi).
Dari pembicaraan tersebut
menghasilkan beberapa keputusan yakni:
(1) Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU. (2) Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiranIPNU putri. (3) Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu: Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib. PP IPNU putri pertama berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU. Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah mengalami pasang surut organisasi dan berbagai peristiwa nasional yang turut mewarnai perjalanan organisasi ini. Khususnya di tahun 1985, ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang keormasan khusus organisasi pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnya tidak diijinkan untuk memasuki lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada Kongres IPPNU IX diJombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama” berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama”. Selanjutnya, angin segar reformasi telah pula mempengaruhi wacana yang ada dalam IPPNU.
(1) Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU. (2) Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiranIPNU putri. (3) Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu: Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib. PP IPNU putri pertama berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU. Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah mengalami pasang surut organisasi dan berbagai peristiwa nasional yang turut mewarnai perjalanan organisasi ini. Khususnya di tahun 1985, ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang keormasan khusus organisasi pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnya tidak diijinkan untuk memasuki lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada Kongres IPPNU IX diJombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama” berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama”. Selanjutnya, angin segar reformasi telah pula mempengaruhi wacana yang ada dalam IPPNU.
Perjalanan organisasi ketika menjadi
“putri-putri” dirasa membelenggu langkah IPPNU yang seharusnya menjadi
organisasi pelajar di kalangan NU. Keinginan untuk kembali ke basis semula yakni
pelajar demikian kuat, sehingga pada kongres XII IPPNU di Makasar tanggal
22-25Maret tahun 2000 mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis
pelajar dan penguatan wacana gender. Namun, pengembalian ke basis pelajar saja
dirasa masih kurang. Sehingga pada Kongres ke XIII IPPNU di Surabaya tanggal
18-23 Juni 2003, IPPNU tidak hanya mendeklarasikan kembali ke basis pelajar
tetapi juga kembali ke nama semula yakni “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”.
Dengan perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan
komitmennya untuk memberikan kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya
di kalangan pelajar putri dengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat
pada kepentingan politik praktis yang bisa membelenggu gerak organisasi. Namun
perlu juga dipahami bahwa akronim “pelajar” lebih diartikan pada upaya pengayaan
proses belajar yang menjadi spirit bagi IPPNU dalam berinteraksidan
bersosialisasi dengan seluruh komponen masyarakat Indonesia dengan
mengedepankan idealisme dan intelektualisme.
Sekian, semoga bermanfaat buat rekan dan rekanita; salam belajar, berjuang dan bertaqwa! :)
#pacipnuippnukudu #pcipnuippnujombang #pripnuippnumojoduwur #pacipnuippnumojowarno #pacipnuippnuperak #pacipnuippnungusikan #pacipnuippnuploso #sejarahipnuippnu #ipnuippnuawesome #harlahipnu61ippnu60 #nuonline #aswajaonline #ipnuippnuasyik
No comments:
Post a Comment